Tak terasa program #PendidikanUntukSemua, kolaborasi antara NusantaRun Chapter 6 dan Kampus Guru Cikal telah memasuki tahun kedua. Tentu bukan perjalanan yang mudah, berbagai rangkaian kegiatan telah dilalui, mulai dari Pelatihan Pemetaan Potensi Murid Disabilitas untuk Guru BK/Pendamping Sekolah Inklusi, pemberian beasiswa Temu Pendidik Nusantara untuk guru, Seminar Orangtua Murid Penyandang Disabilitas, danĀ Pelatihan Keterampilan Murid Disabilitas, yang berlangsung tanggal 10-11 Maret 2020 di gedung BP2KLK, serta diikuti oleh 45 murid disabilitas dari berbagai SLB dan sekolah inklusi di Jawa Tengah. Pelatihan ini diadakan sebagai persiapan menuju bangku perkuliahan.
Pelatihan dimulai dengan kegiatan orientasi, lalu dilanjutkan dengan pembagian kelompok dimana tiap kelompok beranggotakan siswa dengan disabilitas berbeda-beda. Selanjutnya, pelatih menyampaikan materi keterampilan belajar dan keterampilan komunikasi yang perlu disiapkan untuk perguruan tinggi. Pada sesi ini, peserta pelatihan juga berdiskusi dan bertukar pikiran seputar ide tips kuliah. Siswa tunanetra dan tunadaksa memberikan ide-ide nya, lalu siswa tunarungu dan autisme bertugas memvisualisasikan ide-ide tersebut ke dalam poster. Satu lagi yang istimewa dari kegiatan pelatihan ini adalah ada 2 orang pelari NusantaRun Chapter 6, Suparmin dan Chofifin yang menjadi pendamping pelatihan dan membagikan ceritanya tentang bagaimana serunya berlari sejauh 169 km dari Wonosobo ke Gunung Kidul untuk menyelesaikan misi #PendidikanUntukSemua. Selesai pelatihan, masing-masing siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Sebanyak 120 siswa disabiltas ikut serta dalam ujian masuk perguruan tinggi, dan ada 21 siswa yang berhasil diterima. Berikut daftar nama siswa yang berhasil masuk perguruan tinggi.
Perjalanan dan persiapan panjang tentu menyimpan banyak cerita dan memberikan kesan mendalam bagi para siswa peserta pendampingan Kampus Guru Cikal. Salah satunya Annas Iqwal, seorang siswa dengan disabilitas low vision dan kurang pendengaran. Sempat gagal pada test pertama masuk perguruan tinggi, tak membuatnya patah semangat. Pada bulan Agustus lalu, alumni SMA Negeri 1 Kutowinangun ini mencoba mendaftar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan berhasil diterima sebagai mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Tak jauh berbeda dengan Annas, Anya Natasya, siswa dengan disabilitas tuna rungu mengaku memiliki kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Namun bersekolah di sekolah umum memaksanya mampu beradaptasi. Siswa yang telah berhasil diterima di Universitas Dian Nuswantoro jurusan Ilmu Komunikasi ini berharap agar fasilitas belajar baik itu di sekolah, perguruan tinggi dapat memudahkan teman-teman disabilitas.
Terima kasih untuk pelari, donatur, relawan, sponsor, dan para #OrangBaik! Kebaikan dan ketulusan kalian telah membuka jalan siswa disabilitas untuk dapat menempuh pendidikan tinggi dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.